Membangun lingkungan belajar yang kaya kegiatan literasi di satuan pendidikan merupakan kontribusi nyata dalam membenahi literasi melalui lingkungan belajar. Peranan gerakan literasi sekolah (GLS) menjadi faktor penting dalam membangun lingkungan belajar. GLS adalah gerakan sosial dengan dukungan kolaboratif yang melibatkan siswa, pendidik dan tenaga kependidikan, serta orang tua.
Berikut ini beberapa cara yang dapat dilakukan dalam membangun lingkungan belajar yang kaya kegiatan literasi.
- Membentuk Tim Literasi Sekolah
- Guru dan siswa bersama-sama mengunjungi perpustakaan, memilih buku untuk bahan pengayaan terkait materi yang sebelumnya telah dibahas di dalam kelas atau materi yang akan dibahas. Buku itu kemudian didiskusikan dan diresensi.
- Aktivitas guru-siswa dalam kegiatan kokurikuler atau pendukung pembelajaran intrakurikuler dapat dikembangkan menjadi kegiatan yang aplikatif, misalnya menggelar teater atau drama yang naskahnya merupakan hasil pembelajaran siswa tentang membuat skenario drama. Bisa juga dari materi IPA mengenai pemanasan global, dilakukan kegiatan kokurikuler dalam bentuk seminar, talk show, atau diskusi dengan melibatkan pakar tentang isu-isu pemanasan global.
- Kolaborasi antara guru, siswa, dan tenaga perpustakaan di sekolah untuk menyusun majalah dinding yang memajang hasil penulisan kreatif guru, siswa, dan warga sekolah lainnya.
- Kolaborasi antara guru, siswa, dan tenaga kependidikan dalam kegiatan menulis buku bersama (antologi) untuk menumbuhkan budaya menulis di sekolah.
- Kelompok diskusi warga sekolah sesuai dengan bakat dan minat, misalnya kelompok teater kreatif dan kelompok pendongeng. Kedua kelompok dapat bersama-sama mementaskan dengan suasana yang lebih rekat-emosional.
- Sekolah mengembangkan kegiatan-kegiatan serupa dengan pelibatan siswa dan tenaga pendidik/ kependidikan secara aktif, misalnya kegiatan Jum'at literasi. Kunci keberhasilannya adalah keterlibatan pendidik dan tenaga kependidikan sebagai pendamping dan pelaku belajar sepanjang hayat. Sebagai pendamping, pendidik dan tenaga kependidikan membersamai siswa dalam melakukan aktivitas dan sebagai pelaku.
- Pendidik dan tenaga kependidikan melaksanakan kegiatan serupa untuk peningkatan kompetensi literasi pendidik dan tenaga kependidikan lainnya.
- Memberdayakan Pustakawan
- Memberikan layanan penelusuran informasi dan membantu siswa memilihkan sumber bahan yang tepat dan terpercaya (buku bacaan bermutu), terseleksi dengan baik, sesuai topik dan perkembangan psikologis siswa.
- Melakukan kolaborasi dengan guru untuk penyampaian materi kelas dengan menggunakan buku (storytelling) dan peningkatan kemampuan literasi informasi siswa.
- Mempromosikan buku/ bahan bacaan pada pojok baca dengan menggunakan media yang melibatkan siswa dan guru dalam pembuatannya, seperti leaflet, poster, dan sebagainya.
- Menyelenggarakan kegiatan selebrasi literasi dengan berbagai kegiatan, seperti mengundang pendongeng, penulis buku, lomba kostum karakter buku, lomba membaca nyaring (read aloud), bedah buku, dan kegiatan lainnya bekerjasama dengan berbagai pihak; alumni, komite sekolah, tokoh masyarakat, mitra pembangunan pendidikan, bunda literasi, taman baca masyarakat, perpustakaan desa, pemerintah setempat, dan pegiat literasi.
- Sebagai langkah awal, perpustakaan perlu memiliki area koleksi dan area baca, dapat ditambah dengan area multimedia serta laman (website) perpustakaan.
- Mengelola buku dengan mengelompokkannya menjadi fiksi dan nonfiksi, serta melakukan klasifikasi buku menggunakan sistem Dewey Decimal Classification agar buku mudah ditemukan kembali oleh pemustaka.
- Untuk inventarisasi, katalogisasi, penelusuran informasi buku, serta layanan sirkulasi tingkat lanjut, pustakawan/ tenaga perpustakaan dapat menggunakan aplikasi Slims.
Wakil Kepala Sekolah bidang Kurikulum membentuk tim literasi sekolah yang bertugas merancang kegiatan di luar intrakurikuler yang dapat mendukung penguatan kompetensi literasi siswa.
Kompetensi literasi siswa dapat ditingkatkan salah satunya dengan menciptakan lingkungan belajar yang kaya kegiatan literasi. Lingkungan belajar ini tercipta melalui penyajian berbagai aktivitas pengembangan kompetensi literasi untuk melatih kecakapan siswa berpikir kritis sehingga mereka menjadi pembelajar sepanjang hayat.
Pada tahap awal, dibangun hubungan emosional antara siswa, guru, dan tenaga kependidikan. Pola hubungan antara guru-siswa dapat dikembangkan dengan lebih egaliter sehingga menumbuhkan atmosfer akademik yang lebih baik.
Contoh kegiatan berikut ini dapat membangun hubungan emosional yang lebih egaliter, yaitu:
Tugas pustakawan/ tenaga perpustakaan, antara lain:
Jika sekolah sudah memiliki perpustakaan, pustakawan/tenaga perpustakaan dapat berperan lebih lanjut:
Sumber:
Benahi Literasi Melalui Lingkungan Belajar
Kemendikbudristek 2023